tiap kali kau khusyuk berdo’a, berlutut dengan telapak tangan kau tangkupkan di depan dada– di situ, pada tangan kananmu, ada aku yang mendamba menciumnya tiap pagi dan senja~
“Katakan padaku, apa kau akan menemuinya?” tanya Harmonia yang tiba2 tlah berdiri di sampingku.
Aku tak menjawab pertanyaan Harmonia sabahatku. Aku lebih menyibukan diri dengan memasukan gulungan2 perkamen yang bertuliskan pesan ke dalam tas kulit unicorn yang warnanya semakin coklat kehitaman.
“Jadi, malam ini kau berniat untuk menemui lelaki itu lagi?” tanya Harmonia. Matanya bergantian memandang ke arahku lalu kekeriuhan orang2 di sekeliling kami. Rasa penasarannya sungguh mengalahkan rasa takutnya. Rasa takut jika bisikannya akan didengar.
setiap kali mendengarkan gerimis yang berderai di luar, sekali lagi, aku merindukan suatu masa dimana aku bisa menikmati hujan di halaman dari teras rumahmu–